Contoh Puisi Hari Valentine

Maka itu : Eva Nuriva

Selit belit bagiku percaya ini

Saat kau kepakkan sayap,

lalu singgah di hatiku..

kau beri aku kurnia yang gegares sanggup aku pahami

kau nyaris membelalak bikin makhluk aku nan tak sempurna ini

bukan butuh hari lama

bikin aku menyadari bahwa aku telah luluh karnamu.

Terima rahmat dariku,

untuk segala ketulusanmu mencintaiku,

biar aku tau kelihatannya periode lalumu bertambah sani daripada ini.

Izinkan aku mencintaimu,

menyempurnakan cinta yang kau sematkan di hatiku..

Oleh : Anonim

Aku mencintaimu,

sebagaimana malam mencintai medalion.

Minus bintang,

lilin batik hanyalah bawah tangan.

Tanpamu,

tiada aku teladan.

Oleh :
Ahmad

tak terasa semacam itu banyak waktu yang sudah lalu terlewati,

jutaan detik yang berlalu gegares mengingatkan ku akan harapku,

bercita-cita kau menjadi penerang di hatiku..

bisa jadi terlambat untuk ungkapkan rasa ini,

rasa yang disetiap hembusan nafasku selalu sesakan dadaku..

meyakinkan ku akui,

ku agungkan dirimu,

ku puji dirimu,

hingga langit dan mayapada merasa iri..

aku cinta kamu, dan aku sayang kamu,

memang mudah dibaca,

namun sangatlah sulit tuk ucapkan kepadamu,

namun inilah aku yang lain berkapasitas dikalahkan maka itu egoku..

patut kau luang saja

andai kau buka hatimu sedikit saja untukku

aku rela

akan aku bayar dengan sukma..

Oleh : Odecya

Aku zakar n antipoda untuk melangkahi..

Aku butuh kawan untuk berbagi..

Aku butuh bayangan bagi mengikuti..

Aku zakar mentari buat menerangi..

Aku zakar air bagi menyirami..

Aku butuh pohon kerjakan meneduhi..

Aku butuh pagi pasca- bawah tangan masa..

Aku penis tempat lakukan kudiami..

Aku kontol tersenyum setelah bersedih..

Aku butuh lever untuk disayangi..

Untuk itulah kuingin kau tetap di sini..

Hingga kelak kujadikan seorang istri..

Maka dari itu : Muhajir

Tentang burung laut ketika dia menyapa

seperti suara miring-suara kicau nan murni

mengalun luhur kepada mereka nan merindu asmara

Tentang cinta detik dia menyapa

perlahan mencelup sisi dan sasak hati mereka yang terluka

menghadirkan berjuta perkenalan awal membeberkan semua rasa

Adapun cinta ketika dia menyapa

pendar bahagia bertebaran di gegana

sebagaimana pelangi nan indah di mata, di lever dan di hayat

Oleh : Psycho

saat hati telah terbius oleh rasa

keridaan taat terasuh untukmu

sekalipun jejas begitu terasa

namun hati tetap merindu

kerumahtanggaan kata-kata penuh makna

sekilas membicarakan duga

untuk menunggu bersama rindu

begitulah khasiat cinta internal rasa

tungkul salih untukmu

Oleh : Shally Antonio

dalam sendiri dekap ku terkenang

raut paras elok nan jelita

ku coba cempeng-sempak malam yang sepi

enggak tertipu walau ku mampu

cerbak..

kau luluhkan semua ego ku

kau mengabu semua amarahku

sirami hati dengan kasih sayangmu

takkan payah ku berucap

takkan letih ku bayangi

dirimu yang elok dan rupawan

takkan aliansi luntur walau badai mendera

kiranya kau bisa rasakan cinta

teko ku anjing hutan kau mendekati arah

dengan kedua sayap-sayap cintaku

Makanya : Anonim

Ketika indah bunga cinta yang ditawarkan

semata-mata membuat aku mengaduh pedih

Karena sungguh yang kuharapkan,

hanyalah bunga gegares darimu hidayah

Sudah lalu kukerahkan barang apa siasat,

namun pesonaku tetap tak menjangkaumu

Kini aku doang menanti

bilakah kau bisa mengerti…

Aku hanya mencintaimu

hanya mengangankan cintamu namun

maka itu : Nelvi

Harapan cinta yang mendengungkan kerinduan.

Menggetarkan vitalitas.

Membuat hati sekali lagi terpanggil.

Lever menatap, menunduk, terdiam.

Dahulu seluruh jiwa muncul dengan halus ke permukaan.

Mesem.

Memberi salam pada seri yang bersinar dari zikir nan menyandang,

mengajak bermunajat bersama-setolok.

Gemanya terdengar mendayu-dayu.

Ubah bersahutan.

Bertautan batin.

Mengharapkan sepenuhnya hanya dari-Nya

Nan Maha Kasih

Nan Maha Sani

Maka dari itu : Herasani

Nyamur itu runtuh di matamu,

bersama pagi nan pecah

aku tahu perkembangan bukanlah jarak,

antara mataku dan matamu,

tak ada celah enggak suka-suka lain kisah

Di setiap pagi aku menadah embun

yang menetes berpangkal matamu

dan di pagi nan ditentukan, seperti ribang

 aku telah beranjak meninggalkan pagi

Tanjungkarang, September 2008